Translate to
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Tunggu Posting Terbaru Dari Yoemedia, Don't Go Anywhere

Sabtu, 11 Desember 2010

Menata Hati Di Era Bencana-Bencana Tiada Putus


Segala puji bagi Allah, betapa Allah Tuhan semesta Alam mendidik hamba-hamba-nya yang disayangi dengan nasehat dan didikan yang sangat-sangat lengkap. Perhatian dan curahan nikmat dan rahmat Allah senantiasa diberikan di sepanjang perjalanan hidupnya. Allah berfirman dalam al-Qur’an yang artinya
.

Tiada sesuatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. 57:22)

(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. 57:23) )


Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar. (QS. 30:41) )


Kesalahan yang perlu ditobati.
Manusia lah yang memicu terjadinya segala kerugian dan bencana yang menimpa diri mereka. Bahkan Ketika manusia telah melampaui batas, dan tidak ada lagi yang mampu mengekangnya, Maka Allah akan memperingatkan manusia agar kembali kepada jalan yang benar. Bagaimanakah sikap hati jiwa dan perilaku yang terbaik menghadapai berbagai bencana dan musibah yang hadir tiada henti-hentinya yang ada di sekitar kita, ingatlah beberapa firman Allah yang artinya
.
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. (QS. 6:42)

Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada suatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dan merendahkan diri. (QS. 7:94)

Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. (QS. 16:112) )

Katakanlah:”Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik ) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, diantara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi (dan orang yang) menyembah Taghut”. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. (QS. 5:60) )

Kearifan yang harus tetap dijaga dan disemaikan.
Manusia Indonesia, manusia religius, manusia yang sangat mengenal Allah Tuhan Semesta Alam, Tuhan Yang Maha Esa. Perlu kembali kepada jati diri nya yang unggul dan mulia di tengah-tengah pergaulan dunia. Manusia yang dapat menatap makna kehidupan secara mendalam dan tetap terpatri dalam hati sanubari.
Fungsi hidup tiada lain adalah untuk melihat tanda-tanda keagungan Allah Tuhan Semesta Alam, Tuhan Yang Maha Tinggi dan Maha Mulia, Tuhan Yang Maha Agung, dan kemudian rajin beribadah kepada-Nya dan terus menerus rajin untuk bertasbih mengagungkan-Nya. Dan itu adalah nikmat yang ternikmat dan nikmat hidup yang penuh makna.
Bila manusia keluar dari jalan tersebut maka manusia akan menjadi perusak-perusak diri dan perusak apa saja yang ada di sekitarnya. Kerusakan hati jiwa telah mempengaruhi segala sepak terjang dan perilakunya. Racun-racun jiwa, berupa konsumsi dan penyebaran berbagai bentuk-bentuk perilaku jahat dan kenistaan yang disebarkan dengan teknologi digital, telah merubah dan mengacau sifat baik dan mulia manusia. Ingat firman Allah yang artinya
.
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah apa-apa yang ada pada diri (jiwa) mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. 13:11) )

Makanlah di antara rezki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia. (QS. 20:81)
Orang-orang tua kita telah mengingatkan dengan kata-kata yang sangat sederhana, namun bersifat abadi, bahwa mereka mengatakan bahwa hidup ini ada yang menghidupi, ada yang memelihara, sehingga mereka tidak pernah khawatir dalam menjalani hidup, namun mereka amat khawatir dan amat menjauhi perbuatan dosa, jahat dan nista, karena hal tersebut dapat membawa kepada kesusahan atau mendatangkan siksa yang menyusahkan kehidupan manusia.
Satu pesan yang maha penting bagi para pengajar dan para pendidik, bahwa jangan segera puas dengan pengajaran yang diberikan kepada anak-anak cerdas bangsa. Bila anak-anak didik cerdas itu tidak memiliki sifat mulia dan kearifan, maka para pengajar dan pendidik telah gagal mengajar dan mendidik, karena anak-anak yang dididik tersebut hanya akan menjadi perusak-perusak yang cerdas maka kerusakan yang diakibatkan juga luar biasa. Maka dosa pun ikut terpikul oleh para pengajar dan pendidik, bencana…. bencana…. bencana….. , seharusnya Agama, kearifan, kesucian jiwa, keimanan, kesholihan, menjadi panglima dalam hidup, utuk selamat dan bahagia di dunia dan akherat….Wallahu a’lam

Dikutip dari: mta-online.com 

 

0 komentar:

Posting Komentar